nurlaila ramdhani

Dari kejauhan, lampu lalu lintas di perempatan itu masih menyala hijau. Jono (nama samaran) segera menekan pedal gas kendaraannya. Ia tak mau terlambat. Apalagi ia tahu perempatan di situ cukup padat, sehingga lampu merah biasanya menyala cukup lama. Kebetulan jalan di depannya agak lengang. Lampu berganti kuning. Hati Jono berdebar berharap semoga ia bisa melewatinya segera. Tiga meter menjelang garis jalan, lampu merah menyala. Jono bimbang, haruskah ia berhenti atau terus saja. "Ah, aku tak punya kesempatan untuk menginjak rem mendadak," pikirnya sambil terus melaju.

Priiiiiit.....!!!!!

Di seberang jalan seorang polisi melambaikan tangan memintanya berhenti. Jono menepikan kendaraan agak jauh sambil mengumpat dalam hati. Dari kaca spion ia melihat siapa polisi itu. Wajahnya tak terlalu asing.

"Hey, itu kan Bobi (nama samaran juga)! Teman mainku semasa SMA dulu." (dalam hati).
Hati Jono agak lega. Ia melompat keluar sambil membuka kedua lengannya.

"Hai Bob, senang sekali ketemu kamu lagi!"

"Hai Jon." (Tanpa senyum)

"Duh, sepertinya aku kena tilang nih? aku memang agak buru-buru. Istriku sedang menunggu di rumah."

"Oh ya?", tampaknya Bobi agak ragu.

"Bob, hari ini istriku ulang tahun. Ia dan ank-anak sudah menyiapkan segala sesuatunya. Tentu aku tidak boleh terlambat dong."

"Aku mengerti, Tapi sebenarnya kami sering memperhatikanmu melintasi lampu merah di persimpangan ini."

Ternyata percakapn tidak sesuai dengan harapan Jono, ia berpikir untuk mengganti strategi.

"Jadi kamu hendak menilangku ? Sungguh tadi aku tidak melewati lampu merah. Sewaktu aku lewat, lampu kuning masih menyala." Jono berharap dengan berdusta sedikit, bisa memperlancar keadaan.

"Maaf Jon, kami melihatnya dengan jelas. Tolong keluarkan SIM-mu!"

Dengan ketus Jono menyerahkan SIM, lalu masuk ke dalam kendaraan dan menutup kaca Jendelanya. Sementara Bobi menulis sesuatu di Buku Tilangnya. Beberapa saat kemudian Bobi mengetuk kaca jendela. Jono memandangi wajah Bobi dengan penuh kecewa. Dibukanya kaca jendela itu sedikit. Ah, lima centi sudah cukup untuk memasukkan surat tilang yang diselipkan Bobi di sela-sela kaca jendela. Tapi, hei apa ini? Ternyata SIM nya dikembalikan bersama sebuah Nota. Kenapa ia tidak menilangku? lalu Nota ini apa? Buru-buru Jono membuka dan membaca nota yang berisi tulisan tangan Bobi.

"Halo Jono. Tahukah kamu Jon ? aku dulu mempunyai seorang anak perempuan. Sayang ia sudah meninggal tertabrak pengemudi yang ngebut menerobos lampu merah. Pengemudi itu dihukum penjara selama 3 Bulan. Begitu ia bebas, ia bisa bertemu dan memeluk ketiga anaknya lagi. Sedangkan satu-satunya anak kami sudah tiada. Kami masih terus berusaha dan berharap agar tuhan berkenan mengaruniai seorang anak agar dapat kami peluk. Ribuan kali kami mencoba memaafkan pengemudi itu. Betapa Sulitnya. Begitu juga kali ini. Maafkan aku Jon. Doakan agar permohonan kami terkabulkan. Berhati-hatilah. --Salam,Bobi--."


Jono Terhenyak. ia segera keluar dari kendaraan mencari Bobi. Namun Bobi sudah meninggalkan pos jaganya, entah kemana. Sepanjang jalan pulang ia mengemudi perlahan dengan hati tak menentu sambil berharap kesalahannya dimaafkan.....!!!!!


Tak selamanya pengertian kita harus sama dengan pengertian orang lain. Bisa jadi suka kita tak lebih dari duka orang lain. Hidup ini sangat berharga, jalanilah dengan penuh hati-hati.


source: http://www.facebook.com/home.php#/note.php?note_id=162935424682&comments
Label: | edit post
0 Responses

Posting Komentar